Ide-ide itu menyeruak hadir, tumpah lantah dan berserakan dimana-mana. Layaknya sebuah Kehadiran yang tiba-tiba, Sayapun tidak siap menyambutnya. Hanya beberapa saja yang dapat dikumpulkan untuk disatukan menjadi recik-recik bait pemikiran. Tulisan-tulisan ini belumlah sempurna, layaknya atom yang mencari lintasannya, tulisan ini juga terus berusaha mencari maqomnya menuju pencapaian penyempurnaan. Hanya harapan, semoga dapat tercerahkan dengan tulisan-tulisan yang tergerak muncul disini.

Monday, July 14, 2014

Seorang tukang air, memiliki dua tempayan besar, yang masing-masingnya bergantung pada ujung sebuah pikulan, yang satu retak dan yang satunya lagi tidak. Tempayan yang tidak retak selalu membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air kerumah majikannya, sedangkan tempayan yang retak hanya dapat membawa setengah penuh.


Selama bertahun-tahun, hal ini berjalan setiap hari, tentu tempayan yang tidak retak sangat bangga akan prestasinya yang selalu membawa air penuh kerumah majikannya, sedangkan tempayan yang retak merasa malu sekali dengan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih karena tidak dapat memberi lebih dan hanya setengah dari yang seharusnya dapat diberikan.


Setelah bertahun-tahun mengalami kegagalan pahit tersebut, tempayan retak akhirnya berkata kepada si tukang air,

” Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu. “
” Kenapa ? ” tanya si tukang air, ” kenapa kamu merasa malu.”
” Saya hanya mampu membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa, karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air bocor sepanjang perjalanan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku ini, saya telah membuatmu rugi.” kata tempayan itu.


Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya ia berkata, ” Jika kita kembali kerumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bungna-bunga indah disepanjang jalan.”

Benar, ketika mereka naik kebukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah disepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali ia meminta maaf pada si tukang air karena kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada si tempayan, ” Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga disepanjang jalan disisimu tetapi tidak ada bunga disepanjang jalan sisi tempayan yang lain yang tidak retak? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bungadisepanjang jalan disisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama bertahun-tahun aku dapar memetik bunga-bunga indah itu untuk menghiasi meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

***Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri, sebagai pemimpin kita harus bisa memanfaatkan kelemahan atau kekurangan tim kita. memaxsimalkan semua potensi yang dimiliki. Di mata Tuhan yang Maha bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan Takut akan kekurangan kita, kenali kelemahan kita dan Ketahuilah didalam kelemahan kita, kita akan menemukan kekuatan kita.

No comments: