Minggu pagi yang cerah, dihalaman rumput taman ganesha Salman ITB.Tampak sesosok mentor yang sedang asyik memberikan simulasi kepada peserta mentoringnya.
Dengan tenang sambil tersenyum, diapun berkata kepada adik mentoringnya,
"Adik-adik disini ada secangkir gelas yang berisi air putih dan disamping kita juga ada kolam ikan yang cukup luas."
"Sekarang kalau air digelas ini kita masukkan 1 sendok makan garam dapur, bagaimanakah kira-kira rasanya?"
Ungkap sang kakak mentor, untuk mengkondisikan adik-adiknya..
Tampak berpikir panjang, Serentak Adik-adik mentoringpun menjawab "Rasanya Asin kak!"
"Sekarang kolam yang luas ini, kakak masukkan 1 sendok garam juga, bagaimanakah kira-kira rasanya?"
Pertanyaan lanjutan sang kakak mentor yang membuat adik-adik mulai berpikir..
Tak lama kemudian dengan penuh antusias adik-adik peserta mentoring menjawabnya. "Tidak asin kak!" Suasanapun mendadak menjadi riuh rendah.
Setelah suasana agak tenang, sang kakak Mentorpun melanjutkannya dan berkata : "Betul adik-adik! "ada yang bisa menjelaskannya?"
Setelah berfikir singkat seorang Adik menjawabnya :
" Air digelas sangatlah sedikit, hal ini disebabkan kapasitas gelas yang kecil sehingga menyebabkan air menjadi sangat asin. Berbeda halnya dengan kolam yang sangat luas yang mudah melarutkan garam dengan sangat cepat dan menguraikannya hingga tak berasa."
Dengan tersenyum kemudian kakak Mentor menambahkan :
"Yups! "Sekarang kita anggap Gelas dan Kolam melambangkan hati didada kita sedangkan garam adalah racun seperti kata-kata negatif dan perbuatan yang menyakitkan kita". Manakah yang lebih baik adik-adik?"
Adik-adik Mentoringpun menjawab : "Kolam yang luas kak!"
Kemudian Kakak Mentor mengarahkan adik-adiknya kemateri :
"Ya, baiklah. Sekarang coba adik-adik bayangkan, Andai saja kita selalu berlapang dada setiap mendapat garam, tentunya tidak akan ada dendam dan khilaf yang membekas. Dan apalagi jika kita bisa berlapang dada seluas-luasnya, kita akan bisa menahan marah, memaafkan, dan berbuat baik kapan saja.
Kemudian sang kakak mentor melanjutkan tausyiahnya : "Menahan marah, memaafkan dan berbuat baik adalah kesatuan nilai yang mendasari ketaqwaan. Menahan marah saja tanpa memaafkan bukan ciri orang taqwa, tapi ciri orang pendendam.
Memaafkan jelas tak bisa direkayasa secara artifisial hanya dengan halal bihalal, maaf yang tulus lahir dari perkataan yang tulus kepada orang lain.
Orang yang hanya memperhatikan dirinya tak akan pernah dapat memaafkan. Karena itu, untuk dapat memaafkan, kita harus memusatkan perhatian kita kepada orang lain. Kita harus beralih dari pusat ego kepada posisi orang lain, dari egoisme kepada altruisme. Orang-orang altruis, dalam Al-Qur’an disebut sebagai orang yang berbuat baik (Al-Muhsinin).
Nabi Muhammad SAW, sangat dikenal sebagai orang yang pemaaf, beliau taburkan maafnya kepada orang-orang yang menyakitinya. Beliau tebarkan juga maafnya kepada orang-orang yang telah mengusir beliau dari tanah kelahirannya. Tetapi, ciri orang taqwa bukan hanya suka memaafkan. Ia juga mampu meminta maaf. Tak jarang meminta maaf lebih sulit kita lakukan dari pada memaafkan.
Dan kita ingat salah satu ayat di Al Qur’an.
Orang-orang yang apabila berbuat keji atau berbuat dosa, mereka ingat kepada Allah dan meminta maaf atas dosa-dosanya. Siapa lagi yang mengampuni dosa selain Allah?. Dan ia tidak mengulang lagi apa yang dikerjakannya padahal mereka mengetahuinya. (Holy Qur’an Ali imron :135)
Mataharipun mulai tinggi dan haripun semakin panas, pertemuan indah hari itu, ditutup sang mentor dengan simulasi maaf dan Game Samaa..!
(Karena Mentoring tidak hanya diskusi harus ada kapasitas lebih)
Wa Allahua’lam bi al-showwab
Al Faqir ilallah..
Wanda Yulianto
Ide-ide itu menyeruak hadir, tumpah lantah dan berserakan dimana-mana. Layaknya sebuah Kehadiran yang tiba-tiba, Sayapun tidak siap menyambutnya. Hanya beberapa saja yang dapat dikumpulkan untuk disatukan menjadi recik-recik bait pemikiran. Tulisan-tulisan ini belumlah sempurna, layaknya atom yang mencari lintasannya, tulisan ini juga terus berusaha mencari maqomnya menuju pencapaian penyempurnaan. Hanya harapan, semoga dapat tercerahkan dengan tulisan-tulisan yang tergerak muncul disini.
Thursday, February 7, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment